DPRD Kota Medan Dituding Tutup Mata Terhadap Kisruh Proyek Lapangan Merdeka
Medan | Elindonews.my.id
DPRD Kota Medan seolah memilih jalan sunyi di tengah carut-marutnya proyek Revitalisasi Kawasan Lapangan Merdeka, proyek prestisius yang kini berubah menjadi ironi. Ketika publik melihat basement tergenang air setiap hujan turun, pekerjaan mangkrak, dan perencanaan yang terus dipertanyakan, para wakil rakyat justru terlihat diam seribu bahasa, sehingga publik menduga dan menuding DPRD Medan sengaja tutup mata.
Sikap pasif ini menimbulkan tanda tanya serius:
Apakah DPRD benar-benar tidak melihat persoalan yang terjadi, ataukah mereka sengaja menutup mata?
Dalam situasi sebesar ini, diamnya DPRD bukan hanya mencurigakan, tetapi juga menyakitkan bagi masyarakat yang menaruh harapan kepada fungsi pengawasan mereka.
Aktivis kota Medan pun menilai bahwa sikap bungkam tersebut berpotensi mencerminkan kelalaian moral. Ketika persoalan sudah sedemikian telanjang, ketidakhadiran DPRD dalam memberi tekanan dan pengawasan hanya memperlihatkan betapa lemahnya keberpihakan kepada publik.
Proyek Kebanggaan yang Berubah Menjadi Ejekan Publik
Proyek Revitalisasi Lapangan Merdeka seharusnya menjadi wajah baru Kota Medan. Namun faktanya, ia justru menjadi bahan tertawaan masyarakat.
Rembesan air di basement terus terjadi sejak fase proyek sebelumnya.
Alih-alih diperbaiki, masalah tersebut berulang dan semakin memprihatinkan. Proyek multi-years yang seharusnya memberikan jaminan perencanaan matang justru tampak seperti pekerjaan tambal-sulam tak berujung.
Pertanyaan lain yang menggema dari masyarakat Medan sangat sederhana namun menampar:
Miduk Hutabarat dari Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut Peduli Lapangan Merdeka mengatakan “Apa gunanya rapat, evaluasi, dan progres meeting jika hasil akhirnya tetap bocor setiap hujan turun?”
“Ini tidak lagi soal estetika. Ini soal mutu konstruksi, manajemen proyek, dan tanggung jawab publik,” tegas Miduk Hutabarat.
Perencanaan Lemah atau Pengawasan Kepala Burung?
Jika sebuah proyek sebesar ini tetap gagal menyelesaikan persoalan paling mendasar menahan air maka publik wajar mempertanyakan apakah terjadi Perencanaan yang kacau sejak awal, atau Pengawasan yang lemah hingga membiarkan kesalahan berulang.?
Keduanya sama-sama berbahaya bagi keuangan daerah dan martabat kota.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Lapangan Merdeka tidak akan dikenang sebagai ikon sejarah, melainkan proyek mahal yang kalah oleh air hujan simbol gagalnya sistem yang harusnya mengawasi dan memastikan kualitas pembangunan.
Reporter : Etwin





Tidak ada komentar:
Posting Komentar