Medan | Elindonews.my.id
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Sumatera Utara kembali menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) tertinggi di Indonesia pada Oktober 2025, yakni sebesar 4,97 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,89. Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat 2,86 persen (YoY).
Capaian ini menjadi kedua kalinya secara berturut-turut sejak September 2025, Sumut menempati posisi teratas inflasi nasional. “Inflasi provinsi YoY tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 4,97% dengan IHK sebesar 110,89,” demikian bunyi laporan resmi BPS yang dirilis pada Senin (3/11/2025).
Secara spasial, Sumatera Utara juga mencatat inflasi tertinggi di Pulau Sumatra, mengungguli Riau (4,95%) dan Aceh (4,66%).
Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, menjelaskan bahwa meski inflasi tahunan masih tinggi, tren menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
“Jika pada September inflasi kita sebesar 5,32 persen, kini turun menjadi 4,97 persen. Ini hasil ikhtiar bersama untuk menekan laju inflasi tahunan Oktober 2025,” ujar Asim dalam rilis resmi BPS Sumut.
Menurut Asim, penyumbang terbesar inflasi di Sumut berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi hingga 9,58 persen (YoY) dengan andil 3,35 persen terhadap total inflasi.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang terbesar kedua, mencatat inflasi 13,03 persen (YoY) dengan andil 0,79 persen terhadap inflasi Sumut.
BPS Sumut juga mencatat lima komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2025, yaitu:
- Cabai merah (andil 1,22%)
- Emas perhiasan (0,67%)
- Ikan dencis (0,25%)
- Beras (0,24%)
- Bawang merah (0,21%)
Sementara itu, komoditas penyumbang deflasi di Sumut meliputi bawang putih (-0,08%), angkutan udara (-0,07%), sabun detergen bubuk (-0,03%), serta daging babi dan bayam masing-masing (-0,02%).
Secara bulanan (month-to-month/mtm), Sumut justru mencatat deflasi sebesar 0,20 persen (mtm), sedangkan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) pada Oktober 2025 mencapai 3,39 persen.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar