JAKARTA | elindonews.my.id
Memasuki pertengahan Januari 2023, para investor tentunya sudah mulai mengalokasikan dananya untuk berinvestasi dengan semangat baru.
Namun, bagi investor lama, aktivitas rebalancing untuk menyesuaikan kembali portofolio investasi juga sudah dimulai.
Sementara bagi investor pemula yang baru mulai berinvestasi di tahun ini, momen ini merupakan momen yang menantang karena seperti memasuki dunia yang baru, khususnya dalam hal pengelolaan aset melalui pasar modal.
Demikian dikatakan Kepala Bursa Efek Indonesia-BEI-Pintor Nasutiom-dalam reless diterima elindo news.my.id yang berjudul Strategi Investasi Memulai Tahun 2023.
Selanjutnya dia mengatakan, secara umum strategi investasi dalam mengawali tahun yang baru bisa dilakukan para investor dengan cara menyesuaikan tujuan investasi dan karakteristik masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, strategi investasi bisa saja berubah secara dinamis mengikuti situasi, baik kondisi pasar, sentimen atau persepsi para pelaku pasar.
Strategi investasi juga bisa bervariasi akibat faktor eksternal seperti situasi dan kondisi perekonomian di dalam negeri, regional, dan dunia. Acuan suku bunga internasional yang umumnya merujuk pada suku bunga yang ditetapkan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed (The Federal Reserve), ikut menjadi salah satu indikator penting bagi pasar global.
Dikatakan selain itu, strategi investasi bisa merujuk pada faktor politik, stabilitas keuangan dan faktor lain, termasuk analisa atas sektor-sektor usaha serta iklim usaha. Oleh karena itu, berbagai variabel-variabel tersebut membuat para investor di pasar modal yang berinvestasi secara langsung perlu memiliki waktu untuk mengamati dan menganalisis situasi dan kondisi pasar.
Dari berbagai macam strategi yang bisa dilakukan para investor seiring berjalannya waktu, ada delapan strategi umum dipilih oleh investor yang antara lain strategi membeli saham di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder. sehingga suatu saham ditawarkan kepada publik di pasar perdana, ada penjamin emisi efek (PEE) atau yang disebut underwriter, yang akan menjaga harga saham yang baru dicatat di pasar sekunder atau di Indonesia dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) supaya harganya tidak turun pada awal pencatatan.
Kondisi ini dimungkinkan karena underwriter umumnya mencadangkan dana untuk membeli saham emiten baru yang dijaminnya saat mulai dicatat di papan perdagangan BEI.
Namun katanya jika investor memilih strategi ini, setiap individu harus tetap menganalisa harga perdana (harga saham saat ditawarkan di pasar perdana), dan kondisi pasar saat saham tersebut saat tercatat di pasar sekunder. Karena situasi ini hanya bisa berlaku pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik). Strategi “Beli dan Simpan” (Buy and Hold).
Menurut strategi ini digunakan oleh investor yang berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang dalam jangka panjang. Hal ini didukung oleh perusahaan yang memiliki produk yang sangat strategis atau konsisten mencatatkan kinerja perusahaan yang positif dalam jangka panjang.
Umumnya strategi ini dilakukan dengan cara membeli saham di pasar sekunder ketika harga saham tergolong rendah atau ketika pasar sedang bearish (harga-harga saham cenderung turun). Sehingga, ketika dalam jangka panjang kinerja perusahaan bertumbuh dan pasar bullish, investor bisa menjual saham ini dan mendapatkan capital gain.
Strategi lain menurut Pintor Nasution adalah dengan berpindah (switching). Untuk yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat.
Strategi untuk mengurangi kerugian (cut loss). Strategi ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian atas pembelian saham, yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki di level tertentu, walaupun harga jual saham tersebut lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada waktu pembelian. Kemudian, hasil penjualan saham tersebut dialokasikan dengan pembelian saham lain (berpindah ke saham lain).
Sehingga, potensi keuntungannya akan diperoleh dari kenaikan saham yang dibeli dengan uang hasil penjualan secara cut loss (jual rugi). Atau dengan cara lainnya, yaitu dengan membeli saham yang sama seperti yang dimiliki sebelumnya pada harga yang lebih rendah dan menjualnya kembali pada saat harganya naik.
Dengan begitu, kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss). Dengan membeli saham-saham tidur. Strategi yang dimaksud adalah membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering tidak diperhatikan para investor.
Sehingga, secara umum, harga saham-saham tersebut cenderung tergolong murah. Investor yang berjenis konservatif dinilai cocok untuk membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut.
Hal ini karena potensi keuntungan pada saham yang demikian ini baru terjadi pada jangka waku yang lambat. Melalui reksa dana menurut Kepala Perwakilan BEI Sumatera Utara itu investor lebih pasif dan tidak perlu punya waktu khusus untuk memantau investasinya.
Investor hanya cukup melihat naik turunnya harga unit reksa dana yang dimilikinya. Kemudian, memutuskan waktu kapan hendak membeli dan menjual reksa dananya sesuai profil risiko dan kebutuhan investasi masing-masing. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk membeli reksa dana juga relatif kecil, karena dapat dipecah ke dalam unit-unit reksa dana oleh MI.-FR-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar